Minggu, 25 Maret 2012

Psikologi Abnormal


I. PENDAHULUAN
Dalam percakapan sehari – hari psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya terutama secara teknis tidak selalu menunjukkan pengertian yang sama atau seragam. Hal ini bisa jadi menimbulkan masalah ketika kita menggunakan untuk keperluan yang lebih spesifik daripada sekedar berwacana saja. Istilah – istilah lain dari psikologi abnormal atau sering juga disebut perilaku abnormal atau abnormal behaviour adalah perilaku maladaptive kemudian ada yang menyebutnya mental disorder, psikopatology, emotional discomfort, mental illness atau gangguan mental.
Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental ( psikologis ). Studi gangguan mental umumnya diasosiasikan dengan perspektif model medis (medical model) yang menganggap bahwa perilaku abnormal merupakan simtom dari penyakit atau gangguan yang mendasarinya.
Untuk memahami perilaku abnormal psikolog menggunakan acuan DSM (Diagnostic and Statistical manual of mental disorder) DSM adalah system klasifikasi gangguan – gangguan mental yang paling luas di terima. DSM menggunakan criteria diagnostic specific untuk mengelompokkan pola – pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri – ciri klinis yang sama dan suatu sistem evaluasi yang multiaksial. Sistem aksial terdiri dari 5 klasifikasi. Penilaian perilaku abnormal dapat di telaah menggunakan berbagai cara ( metode ) salah satunya metode – metode assestment yang harus reliabel dan valid yang dapat diukur melalui beberapa cara yang tetap memperhitungkan faktor – faktor budaya dan etnik yang juga penting untuk dilakukan.
II. DEFINISI
Psikologi Abnormal ( Abnormal Psychology ) merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang – orang yang mengalaminya. Dari waktu ke waktu sebagian dari kita merasa cemas ketika menghadapi interview kerja yang penting atau ujian akhir . Lalu bagaimana kita di anggap melanggar batas antara perilaku abnormal dengan normal ?
Satu jawabannya adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal bila tidak sesuai dengan situasinya. Hal yang normal bila kita tertekan dalam tes tetapi menjadi tidak normal ketika rasa cemas itu muncul ketika sedang memasuki department store atau menaiki lift. Perilaku abnormal juga diindikasikan melalui besarnya / tingkat keseriusan problem. Walaupun bentuk kecemasan sebelum interview kerja dianggap cukup normal namun merasa seakan – akan jantung akan copot yang mengakibatkan batalnya interview adalah tidak normal.
III. PENGELOMPOKAN DEFINISI ABNORMAL
1. Pendekatan statistik
Di atas / di bawah normal di sebut “anormal” bukan abnormal. Istilah ini sering dipakai pada aliran behaviourisme dan kuantitatif
2. Pendekatan Fungsional
Fungsi – fungsi kepribadian yang ada pada orang yang bersangkutan berada pada taraf yang optimal / tidak
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan yang melihat abnormalitas dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat tertentu
IV. KRITERIA YANG MENENTUKAN ABNORMALITAS
1. Perilaku yang tidak biasa
Perilaku yang tidak biasa disebut abnormal . Hanya sedikit dari kita yang menyatakan melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu hamper dikatakan abnormal dalam budaya kita.
2. Perilaku yang tidak dapat diterima secara social atau melanggar norma sosial.
Setiap masyarakat memiliki norma – norma / standar yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan definisi dari perilaku abnormal pada norma social adalah bahwa norma – norma tersebut merefleksikan standar yang relative bukan kebenaran universal.
3. Persepsi atau tingkah laku yang salah terhadap realitas
Biasanya sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar.
4. Orang – orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan
Kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan, ketakutan atau depresi. Namun terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu.
5. Perilaku maladaptive
Perilaku yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan membatasi kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang diharapkan.
6. Perilaku Berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau orang lain.
V. FAKTOR – FAKTOR PENENTU ABNORMALITAS
Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut :
A. MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik
3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.
B. MENURUT SUMBER ASALNYA
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu :
1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor – faktor psikososial
a. Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b. Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan, 2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
c. Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
d. Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
2) Keluarga yang antisosial
Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas
3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
4) Keluarga yang tidak utuh
Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
e. Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll
C. DEFINISI NORMALITAS PSIKOLOGI
Definisi normalitas psikologis seseorang adalah fungsi mental yang akurat dan efisien, meliputi :
  1. Kognisi
  2. Motivasi
  3. Perilaku
  4. Emosi.
  5. Self Awareness
  6. Self Control
  7. Self Esteem
  8. Hubungan Sosial Berdasarkan Afeksi
  9. Produktivitas dan kreativitas
D. METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI ABNORMAL
Psikologi Abnormal adalah cabang disiplin ilmu psikologi . Oleh sebab itu penelitiannya di lapangan selalu didasarkan pada penerapan metode ilmiah (scienthific method ).
Metode Penelitian yang dipakai dalam meneliti perilaku abnormal adalah :
1. Metode Observasi Naturalistik
Digunakan untuk mengobservasi perilaku di suatu tempat , dimana perilaku itu terjadi.
2. Metode Korelasional
Merupakan pengukuran statistik atas hubungan antara 2 faktor atau variable. Pada studi observasi naturalistic yang dilakukan di restoran cepat saji perilaku makan dihubungkan, dikorelasikan dengan brat badan para pelanggan.
3. Model Eksperimental
Prediksi didasarkan pada korelasi antara peristiwa – peristiwa atau faktor – faktor yang terpisahkan oleh waktu. Metode ini memungkinkan para ilmuwan untuk mendemonstrasikan hubungan kausal, pertama – tama dengan memanipulasi faktor kausal dan kemudian mengukur akibatnya dibawah kondisi terkontrol yang dapat meminimalkan risiko dari faktor lainnya yang menjelaskan akibat tersebut.
4. Metode Epidemiologik
Mempelajari tingkat perilaku abnormal dalam berbagai seting atau kelompok populasi. Studi epidemiologic dapat menunjukkan faktor penyebab potensial dari munculnya penyakt dan gangguan meskipun kekuatan eksperimennya rendah. Dengan mengetahui bahwa suatu penyakit atau gangguan dapat digolongkan pada kelompok atau lokasi tertentu, peneliti akan dapat mengidentifikasi karakteristik yang berbeda yang menempatkan kelompok atau daerah ini pada risiko yang lebih tinggi.
5. Metode Studi Kasus
Studi kasus mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan teori dan penanganan perilaku abnormal. Freud mengembangkan teorinya pertama kali dengan studi kasus seperti kasus mengenai Anna O.
E. PERSPEKTIF PSIKOLOGIS TENTANG PERILAKU ABNORMAL
1. Model Psikodinamika
Disebut teori psikoanalisis ( psychoanalyic theory )
Dikemukakan oleh Sigmund Freud
Hipotesis Strukturalnya adalah keyakinan bahwa kekuatan – kekuatan yang saling bertentangan dalam kepribadian dapat dibagi menjadi 3 ( tiga ) struktur yaitu id, ego dan superego.
Kesehatan mental adalah fungsi dari keseimbangan dinamis antara struktur – struktur psikis dari id, ego dan superego.
2. Model – Model Belajar
Dikenal dengan teori behaviourisme. Dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan John B. Watson. Berfokus pada refleks yang dikondisikan peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku normal maupun abnormal. Dari perspektif belajar perilaku abnormal mencerminkan perolehan atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif.
3. Teori Kogniti – Sosial
Kontribusi teoritikus seperti Albert Bandura, Julian B Rotter dan Walter Mischel. Menekankan peran – peran dari proses berpikir atau kognisi dari belajar melalui pengamatan atau modeling dari perilaku manusia. Manusia memberi pengaruh pada lingkungannya sebagaimana lingkungan memberi pengaruh kepada mereka. Memperluas lingkup dari behaviourisme tradisional. Terlalu sedikit memberi penekanan pada kontribusi genetik terhadap perilaku gagal.
4. Model Model Humanistik
Dikemukakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow. Dalam diri terdapat dorongan untuk self actualization, untuk menjadi apapun yang mampu kita raih. Manusia sebagai actor dalam drama kehidupan bukan reactor. Keyakinan utamanya adalah bahwa perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan konsep tentang self terganggu.
5. Model – model Kognitif
Model kognitif yang paling menonjol dalam pola perilaku abnormal adalah pendekatan pemrosesan informasi dan model – model yang dikembangkan oleh Psikolog Albert Ellis dan Psikiater Aaron Beck.
Distress emosional disebabkan oleh keyakinan yang dimiliki oleh seseorang tentang pengalaman hidup mereka bukan apa yang dialami sendiri oleh mereka
6. Model Diatesis Stress
Diatesis adalah suatu kerentanan atau predisposisi terhadap gangguan tertentu. Mengemukakan bahwa masalah – masalah perilaku abnormal meliputi interaksi antara kerentanan dan peristiwa atau pengalaman kehidupan yang penuh stress.
F. PENGGOLONGAN DAN ASSESMENT PERILAKU ABNORMAL
Penggunaan menggunakan metode DSM (Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorders). Perlaku abnormal diperlakukan sebagai tanda – tanda atau simtom – simtom dari patologi yang mendasari yang disebut dengan ganggan mental.
1. GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY )
Adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Tipe - Tipe Gangguan Kecemasan :
    1. Agorafobia
    2. Gangguan panic tanpa agoraphobia
    3. Gangguan panic dengan agoraphobia
    4. Gangguan kecemasan menyeluruh
    5. Fobia Spesifik
    6. Fobia Sosial
    7. Gangguan Obsesif Kompulsif
    8. Gangguan Stress pasca Trauma
    9. Gangguan Stress Akut
2. GANGGUAN MOOD
Mood adalah kondisi keadaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Orang dengan gangguan mood akan mengalami gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggungjawab secara normal.
Tipe – Tipe Gangguan Mood
a. Gangguan Depresi Mayor
b. Gangguan Distimik
c. Gangguan Bipolar
d. Gangguan Siklotimik
3. Gangguan Kepribadian
Adalah Pola Perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar – benar kaku. Kekakuan mereka menghalangi untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan eksternal.
Tipe – Tipe Gangguan Kepribadian
a. Gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku aneh.
b. Gangguan kepribadian paranoid.
c. Gangguan kepribadian schizoid.
d. Gangguan kepribadian antisocial
e. Gangguan kepribadian ambang.
f. Gangguan kepribadian histronik.
g. Gangguan kepribadian Narsistik.
h. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
4. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat
Penyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekwensi yang merusak. Penyalahgunaan zat dapat berlangsung untuk periode waktu yang panjang dan meningkat menjadi ketergantungan zat.
5. Gangguan Makan
a. Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
b. Gangguan makan berlebihan atau obesitas
6. Gangguan Identitas Gender
Adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita. Identitas gender secara normal didasarkan pada anatomi gender. Namun pada gangguan identitas gender terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan odentitas gendernya
7. Skizofrenia
Adalah gangguan psikologis yang berhubungan dengan gila atau sakit mental. Hal ini sering menimbulkan rasa takut. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide yang salah dan konsepsi yang tidak logis. Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa awal tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju dunia luar. Orang yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat.
8. Gangguan Abnormal Pada Anak dan Remaja
    1. Gangguan Perkembangan Pervasif
Menunjukkan gangguan fungsi dari berbagai area perkembangan. Gangguan ini menjadi tampak nyata pada tahun – tahun pertama kehidupan.
    1. Autisme
    2. ADHD
    3. Retardasi Mental
    4. Gangguan Belajar
    5. Gangguan komunikasi
    6. Gangguan Eliminasi
G. METODE – METODE PENANGANAN
1. Terapi Psikodinamika
Sigmund Freud mengembangkan model psikoterapi yang disebut psikoanalisis. Terapi psikodinamika membantu individu untuk memperoleh insight mengenai, mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal.
2. Terapi Humanistik
Berfokus pada pengalaman klien yang subyektif dan disadari. Bentuk utama dari terapi Humanistik adalah terapi berpusat pada individu ( Person Centered Therapy ) yang dikembangkan oleh Carl Rogers
3. Terapi Kognitif
Diantaranya adalah terapi Rasional Emotif.
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A., 2010. Psikologi Dasar, Jakarta : Salemba Humanika
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama